Tiap detik malam ini semakin membuatku sadar terhadap apa yang seharusnya kusadari. Menapikan jejakku yang hanya serpihan kecil di tengah padang ilalang.
Terlalu mikroskopis dibanding hegemoni semesta, sebuah tirani yang selama ini justru ter-tirani.
Ujung pulau Jawa bukan ujung segalanya.
Tapi sejauh mata memandang hanya tampak oasis ujung yang juga sedang mencari ujung.
Serpihan titik terang di kubah langit tampak anggun menjadi koreografi atap.
Mereka berkolaborasi menertawakan kita yang terlalu berfantasi hingga terlena dalam fana. Terlalu lemah di hadapan ombak yang tak pernah berhenti berlari, terus bergulung-gulung, dan saling berkejaran.
Meskipun pada akhirnya pecah dan terdispersi di bibir pantai, atau terhempas karang terjal yang secara de facto terjal yang menghadang dengan frontal.
Saat kau menganggap sesuatu itu ada,
yang nyatanya tidak…
dan saat orang berpikir kau gila,
namun kau pikir sebaliknya…
Apa yang terjadi?
Itulah dunia ini yang penuh paradox.
Dimana dalam perspektif yang sempit
kita berusaha mencari arti.
Berangkat dari keterbatasan tersebut
diperlukan ruang yang tidak terbatas.
Ruang tersebut penuh dengan privasi
dimana semuanya mungkin terjadi.
Kenapa tidak?
Semuanya ternyata memang mungkin terjadi.
Ayo, gunakan imajinasimu…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar