Saat kau menganggap sesuatu itu ada,

yang nyatanya tidak…

dan saat orang berpikir kau gila,

namun kau pikir sebaliknya…

Apa yang terjadi?

Itulah dunia ini yang penuh paradox.

Dimana dalam perspektif yang sempit

kita berusaha mencari arti.

Berangkat dari keterbatasan tersebut

diperlukan ruang yang tidak terbatas.

Ruang tersebut penuh dengan privasi

dimana semuanya mungkin terjadi.

Kenapa tidak?

Semuanya ternyata memang mungkin terjadi.

Ayo, gunakan imajinasimu…

Anak Berbakat yang Sulit Belajar, Kenali Ciri-cirinya!


Sulit dipercaya, bahwa anak berbakat yang memiliki kemampuan otak berbakat (gifted brain) juga bisa menunjukkan ketidakmampuan (disability). Bagaimana ciri-cirinya?

Menurut Guru Besar Luar Biasa Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Conny R Setiawan, hal itu memang sulit dipercaya kendati sebetulnya banyak terjadi.

Dalam buku yang ditulisnya berjudul 'Kreatifitas Keberbakatan: Mengapa, Apa, dan Bagaimana?', Conny mengatakan, hal tersebut sebenarnya memberikan indikasi, bahwa kekuatan dan kelemahan seseorang (anak) terletak dalam bidang yang berbeda dan membuat mereka disebut pembelajar paradoks (paradoxical learner).

Conny menuturkan, terdapat kesenjangan dalam berbagai kinerja sekolah yang dapat diamati secara nyata, sehingga anak-anak tersebut dapat dikenal sebagai siswa yang memiliki kemampuan dua kali lebih luar biasa (twice exceptional student). Mereka adalah siswa berbakat yang juga memiliki a learning disability.

Para siswa tersebut, kata Conny, memiliki kemampuan tinggi pada bidang tertentu, namun sekaligus juga memiliki kelemahan dalam bidang lain yang berbeda. Conny mengelompokkan siswa ini dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Anak Berbakat sekaligus Learning Disabled.

Kelompok ini adalah kelompok para siswa berbakat yang memperlihatkan kesulitan belajar dalam bidang tertentu. Mereka merasa kurang memiliki harga diri dan sering disebut underachiever, karena sering tidak dikenal sebagai anak berbakat dan rendah motivasi belajarnya. Biasanya, kelompok ini ditempatkan di kelas yang memiliki kesulitan belajar, karena mereka sering juga menunjukkan sifat yang malas.

2. Tidak Pernah Teridentifikasi sebagai Anak Berbakat

Disebut tidak teridentifikasi, karena antara kemampuan dan ketidakmampuannya sama-sama saling menutupi, sehingga potensi sesungguhnya tidak pernah terwujud. Kelompok ini kerap dianggap berprestasi rata-rata dan merupakan kelompok terbesar di antara kelompok lainnya.

3. Anak Berbakat yang Kemampuannya Benar-benar Tidak Teridentifikasi

Kelompok ini betul-betul sulit dikenali dengan baik kinerja intelektualnya. Sebaliknya, mereka pun kerap tidak terlayani kebutuhannya sebagai anak berbakat.

Instrumen Khusus
Menurut Conny, ciri utama ketiga sub kelompok ini adalah masalah sosial dan emosional yang sifat antara satu dan lainya tidak saling berkaitan. Bahkan ditemukan, bahwa dua sampai sepuluh persen anak berbakat cenderung memiliki kesulitan belajar.

"Diperlukan suatu instrumen khusus bagi kelompok ini, sebab sering sekali keberbakatannya tertutupi oleh kesulitan belajarnya," ujar Conny.

Conny menambahkan, minimnya sumber pengetahuan orang tua atau pendidik akan hal ini menjadikan mereka sangat kurang pengalaman untuk mengenali adanya perbedaan antara keberbakatan dan ketidakmampuannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar