Saat kau menganggap sesuatu itu ada,

yang nyatanya tidak…

dan saat orang berpikir kau gila,

namun kau pikir sebaliknya…

Apa yang terjadi?

Itulah dunia ini yang penuh paradox.

Dimana dalam perspektif yang sempit

kita berusaha mencari arti.

Berangkat dari keterbatasan tersebut

diperlukan ruang yang tidak terbatas.

Ruang tersebut penuh dengan privasi

dimana semuanya mungkin terjadi.

Kenapa tidak?

Semuanya ternyata memang mungkin terjadi.

Ayo, gunakan imajinasimu…

Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Hari ini, 25 November 2009 diperingati sebagai hari anti kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia termasuk di Indonesia yang dipusatkan di Sulawesi. Kekerasan terhadap perempuan kerap terjadi di mana pun terutama Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), merupakan kasus terbanyak di samping kekerasan terhadap TKI atau pekerja wanita.
Para pemerhati perempuan diseluruh dunia menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan adalah sama bahkan dalam pembagian harta pusaka sekalipun, Islam membagi harta pusaka antara laki-laki dengan perempuan adalah 2:1. Kemampuan perempuan menjadi optimal seperti laki-laki, kesempatan sama dalam berkarya, berkarir, sehingga tidak ada perbedaan, kecuali dalam hal tertentu. Semua hak antara laki-laki dan perempuan adalah sama.
Namun dibalik semua tuntutan yang diharapkan oleh kaum perempuan sebaiknya kita meninjau beberapa kekuatan dan kelemahan antara keduanya. Dengan banyaknya keterbatasan membuat wanita tidak semua kesempatan dan tanggungjawab dapat dipikulnya. Wanita harus dapat memahami kelemahannya dan keterbatasannya dan juga dalam dimensi agama. Agama Islam sangat menjunjung tinggi nilai dan etika bagi perempuan sehingga kehidupan akan bebas kekerasan. Memang laki-laki dan perempuan punya aturan hidup yang jelas.
Mungkin saat ini kita tidak dapat memahami seutuhnya kehidupan yang baik dan sejahtera, masing-masing saling mempertahankan egonya, akhirnya bisa menjadi berupa kekerasan terhadap isteri/suami dan para pekerja demikian halnya sang majikan kadangkala harus melayani sampai urusan ranjang atau memaksa hal-hal diluar kemampuannya, hingga disiksa.
Para wanita seharusnya dapat memposisikan diri sebagai wanita dan dapat memadukannya untuk mengejar kesukaan dan kemauan namun tidak menghilangkan kodrat sebagai wanita dan melanggar norma-norma agama. Kita jangan terpancing dengan isu global dengan iming-iming melanggar HAM, dianggap intimidasi pada hal tidak. Kita harus hidup dengan norma agama sehingga dapat hidup aman dan tidak pernah melanggar aturan, ini pasti aman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar