Saat kau menganggap sesuatu itu ada,

yang nyatanya tidak…

dan saat orang berpikir kau gila,

namun kau pikir sebaliknya…

Apa yang terjadi?

Itulah dunia ini yang penuh paradox.

Dimana dalam perspektif yang sempit

kita berusaha mencari arti.

Berangkat dari keterbatasan tersebut

diperlukan ruang yang tidak terbatas.

Ruang tersebut penuh dengan privasi

dimana semuanya mungkin terjadi.

Kenapa tidak?

Semuanya ternyata memang mungkin terjadi.

Ayo, gunakan imajinasimu…

suatu saat nanti naik gunung saja?

Hidup di jaman sekarang ini memang susah-susah gampang. Teknologi makin memudahkan orang melakukan banyak hal. Tetapi irama kehidupan jadi tambah cepat. Ekspektasi jadi naik, orang makin ingin dan makin dituntut untuk melakukan lebih banyak hal, juga makin ingin mencapai banyak hal. Makin banyak pilihan, makin besar gap antara pilihan yang satu dengan pilihan yang lain.

Makin tersedia pilihan, apakah mau menjadi manusia yang seperti ini atau itu. Apakah ini dibarengi dengan kesadaran diri, bahwa bagaimanapun manusia itu terbatas? Apakah ini dibarengi dengan kesadaran untuk meningkatkan kemampuan? Kalau tidak, jadinya adalah diri sendiri ini berantakan. Jadwal hidup kacau, nilai-nilai bergeser. Berikutnya akan muncul domino effect. Kalau diri sendiri kacau, bagaimana dengan organisasi ataupun komunitas yang kita-kita ini ada di dalamnya? Belum lagi kalau orang-orang ini adalah pemimpin atau orang yang berpengaruh di dalamnya.

Kadang semua ini membingungkan, kalau ingin menghindari secara tegas, bahwa semua ini menakutkan. Bagaimana tidak, kesimpulan untuk semua ini, adalah makin sulit mempersiapkan manusia menghadapi kehidupannya. Dulu pendidikan S1, semestinya mempersiapkan orang untuk masuk ke dunia kerja. Sekarang, kalangan pendidikan menyatakan, mereka hanya membekali dari sisi ‘akademis’. Setelah lulus masih dibutuhkan 1-2 tahun untuk siap menjalankan profesi yang mereka pilih.

Bagaimana nanti? Jangan-jangan makin bergeser lagi. Mungkin tidak, suatu waktu nanti akan digeser secara ekstrim? Bayangkan bila pendidikan formal ternyata tidak berguna lagi. Jadi silakan hadapi hidup kamu dengan terjun langsung ke dalamnya. Nasib kamu akan ditentukan oleh faktor keberuntungan saja. Jika kebetulan komunitas kamu mendukung, juga jika komunitas kamu tepat bagi dirimu, kamu akan jadi manusia yang utuh. Jika tidak, ya mohon maaf. Jadi silakan mengikuti apa yang dinamakan seleksi alam. Mengapa tidak? Informasi, pengetahuan bisa didapatkan di mana saja, tentunya bagi yang memiliki akses. Pembentukan sikap, etika, moral sepertinya harus melalui pengalaman, sentuhan personal, alias sangat sedikit peran pengetahuan di sini.

Suatu waktu sepertinya ini akan terjadi, semoga saja masih dalam waktu yang sangat lama.

Sepertinya, nanti beberapa bagian dari masyarakat akan muak, kemudian mereka menyingkir dari peradaban terkini. Ada yang akan memilih moderat alias tengah-tengah saja, ada juga yang akan memilih untuk ekstrim, naik gunung.. persis seperti di cerita-cerita silat saja. Sepertinya menarik juga kehidupan seperti itu. Ada di jauh entah di mana, masih mengakses informasi-informasi yang diperlukan, tetapi hidup lebih tenang. Bila memang dibutuhkan, sesekali ya terpaksalah turun gunung. Tetapi selebihnya, hidup lebih dekat dengan diri sendiri. Juga tentu dengan orang-orang yang dikasihi, the inner circle.

Yah, ada sedikit paradoks di sini, karena kalau mau seperti ini, pastilah pengetahuan, kemampuan dan pengalaman sudah jauh di atas rata-rata. Persis seperti pendekar di cerita silat tadi. Kalau sudah naik gunung, sebelumnya sudah berdarah-darah dulu, sudah menghadapi banyak pahit daripada manisnya dunia persilatan.

Hehehe… tiba-tiba sudah jam 06:17 nih, di Cinere sedang turun hujan, time to go.

joesoef

Tidak ada komentar:

Posting Komentar